Selasa, 22 Mei 2012

Dan Hujan Pun Berhenti oleh Farida Susanty




“Dan gue kasih tahu lo, yang kita sebut sahabat sejati... itu ORANG YANG NGGAK PERNAH BERHENTI PERCAYA SAMA SAHABATNYA SENDIRI, WALAUPUN DIA UDAH NGGAK PERCAYA LAGI SAMA KITA! YANG NGGAK PERNAH PERGI, APA PUN YANG TERJADI!!! KARENA GUE PERCAYA, PERSAHABATAN KITA ITU TALINYA KUAT BANGET, DAN NGGAK GAMPANG BUAT DIPUTUSIN SAMA MASALAH CEMEN GINI!!”

Awalnya aku nggak begitu tertarik sama novel ini, karna aku jujur saja kurang menyukai novel yang bertemakan dark, bisa di bilang mental aku mental anak SD yang penakut. Tapi mau gimana lagi? Udah kayak gini dari awal, kalau udah takut mau di apakan juga tetap takut. Tapi karna salah satu temanku di EKC rekomendasikan novel ini dan dia pun bersedia dengan senang hati meminjamkan novel ini kepada aku jadi aku baca.
Sebelumnya aku emang udah pernah dengar soal novel ini yang katanya emang dark. Saat aku baca awal-awal jujur aku bingung banget banget banget. Terus rada-rada bosan gitu tapi karna rasa penasaran yang begitu besar aku terus lanjutin sampai ke halaman terakhir.
Komentar aku soal buku ini... mm... ceritanya yang nggak ketebak di awal-awal dan membuat penasaran sehingga nggak mau berhenti bacanya. Dan apa yang orang-orang bilang tentang novel ini ‘dark’ emang bener banget! Aku setuju, novel ini ‘dark’nya dapat banget! Aku acungin jempol untuk mbak Farida yang sukses menuliskan tokoh utama cowok pada novelnya. Karna jarang banget penulis cewek membuat tokoh utamanya itu cowok. Dan aku kasih nilai 7 untuk novel ini ^^
Sinopsis :
"Hei! Kenapa menggantungkan itu?"
"Biar hujan nggak turun."
"Memangnya kenapa kalau turun?"
"Aku akan keburu mati sebelum aku bunuh diri."
"Kamu mau bunuh diri?"
"Ya, asal nggak hujan."
"..."
Itulah line pembuka yang mengisi halaman pertama buku ini. Line penting yang berpengaruh besar terhadap takdir tokoh-tokohnya, yang tentu saja berkaitan dengan hujan.Adalah Leo, seorang anak SMA yang baru saja dipukuli, yang tiba-tiba saja melihat seorang gadis yang sedang menggantungkan teru-teru bozu--penangkal hujan--di pohon sebelahnya. Ia, saking herannya, tanpa sadar bertanya pada gadis itu tentang apa yang sedang gadis itu lakukan. Dan gadis itu berkata ia melakukannya untuk persiapan bunuh diri!
Sebenarnya Leo ingin melupakannya; dia terlalu skeptis untuk mengurusi orang lain. Sejak ia kabur dari rumah setelah kepergian teman pertamanya, Leo sudah tidak peduli lagi pada apapun. Ia sudah permanen memakai topeng tersenyum di wajahnya, menghasilkan imej maya itu--dirinya yang cuek, enerjik, sinis, liar, dan brutal. Sesuatu yang ia pakai di permukaan agar tampak bahagia selalu, menutupi keantisosialannya yang tersembunyi dalam dirinya. Kebencian dan ketidakpercayaannya pada dunia.
Tapi Leo ternyata benar-benar tidak bisa mengabaikannya. Ia bertemu dengan gadis itu lagi di kamar mandi sekolahnya, saat gadis itu sedang mencoba bunuh diri! Leo awalnya enggan untuk menyelamatkan gadis itu. Tapi setelah percakapan singkat sebelum kematian gadis itu, ternyata sesuatu berjalan di luar rencananya: gadis itu ternyata mirip dengan teman pertamanya...
Disadarinya atau tidak, di sanalah semuanya berubah. Di sanalah titik balik segala masalah Leo. Yang akan mengorek kembali masa lalunya, maupun masa lalu gadis itu. Yang akan mengusik sisi-sisi mereka yang terdalam. Yang membenturkan secara brutal apa-apa yang selama ini mereka percayai. Menghasilkan hubungan "benci-terikat" yang kompleks, yang tidak bisa Leo hindari. Segala rasa sakit, rasa hangat, kasih sayang, kebencian, dan pengkhianatan, mewarnai penuh hubungan rapuh mereka. Baik antara Leo dengan gadis itu, Spiza, maupun dengan orang-orang di sekitar mereka. Yang mengubah jalan hidup mereka selamanya.
Dan di atas segalanya, hanya satu yang bisa Leo pegang,yaitu dirinya dan Spiza, adalah orang-orang yang sama-sama tidak bahagia, dan sama-sama membenci hujan.Dan hanya itulah yang bisa mereka mengerti bersama, tanpa bisa dibagi pada dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar