Kadang . . . Masa lalu memang lebih indah dari masa
sekarang. Dan bila ada hal yang membahagiakan sekaligus menyedihkan untuk di
pikirkan, itu adalah masa lalu yang indah . . Seandainya masa lalu itu akan
menjadi masa kini.
Aku baru ngeh kalau novel
ini bakalan sad saat novel ini sampai di rumah. Lamanya aku loding, hehe...
Mungkin juga karna tulisannya di cover yang nggak nampak atau kurang jelas
*ngeles*
Eclair : Pagi terakhir di
Rusia ini menceritkan tentang persahabatan Sergei, Stepanych, Kay, Lhiver dan
Katya. Persahabatan yang begitu hangat yang selalu di penuhi oleh keceriaan
setiap harinya. Persahabatan yang begitu erat dan kokoh...
Sampai pada akhirnya, di
musim dingin malapetaka itu datang membuat persahabatan yang terjalin hancur
berantakan. Di penuhi oleh perasaan bersalah dan saling menyalahkan diri
sendiri. Di penuhi perasaan benci, sakit hati, kecewa, terluka dan kesedihan
yang begitu dalam.
“Tetapi Kematian tidak akan pernah menyerah sekalipun
kau berusahan untuk menghindar ke sudut dunia yang paling rahasia. Takdir itu
akan tetap menjelang, dan berlari pun akan percuma. Bila takdir gagal
merenggutmu lewat pintu, ia akan masuk lewat jendela, menyelinap lewat celah,
bahkan menembus pertahanan yang paling kokoh dan tangguh. Ini adalah kenyataan
yang senantiasa berlangsung di alam semesta.”
Takdir akan terus menjelang.
Selama dua tahun mereka
berpisah, tidak saling berkomunikasi satu sama lain. Semuanya berubah. Persahabatan
yang begitu hangat tinggal kenangan. Tapi saat mereka sadar bahwa selama dua
tahun ini mereka hanya menutupi diri dan menyiksa diri masing-masing. Semuanya
sepertinya sudah terlambat. Di saat mereka mulai mencoba untuk memaafkan dan
menerima kenyataan takdir berkata lain. Mereka harus kehilang salah satu di
antara mereka.
“Aku tidak tahu ke mana orang akan pergi setelah ia
meninggal,” kata Stepanych beberapa tahun silam, dalam upacara pemakaman
ayahnya. “Tapi bila aku mengalaminya nanti, aku tidak ingin melihat air mata.
Walaupun sekarang aku menangisi kematian Ayah, aku tidak ingin kau juga
melakukannya bila kelak akulah yang terlebih dahulu mengalaminya...”
“Mengapa?” tanya Sergei saat itu.
“Karena itu akan membuatku berat untuk meninggalkanmu...”
bisik Stepanych. “Hanya kaulah satu-satunya keluargaku sekarang, Seryozha. Dan
bila aku pergi, kau akan sendirian. Kalau kau menangis, itu akan menunjukkan
betapa tidak adilnya aku karena pergi lebih dulu. Dan mungkin aku tidak bisa
meninggalkanmu dengan tenang.”
Novel ini berhasil membuat
saya menitikkan air mata walaupun hanya sedikit, tapi saya benar-benar merasa
kehilangan saat membaca bagian ‘sad’ tersebut. Walaupun begitu, novel ini bukan
sad ending melainkan happy ending. Dan terima kasih untuk mbak Prisca yang
telah menuliskan novel yang buat saya luar biasa. Saya memberi 4 bintang untuk
novel.
Karena setiap detik yang kulewati
bersamamu... adalah sesuatu yang tidak akan pernah bisa diubah dan di tunda.
by.
Hayati (✿◠‿◠)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar