Senin, 02 Juli 2012

Eclair oleh Prisca Primasari




Kadang . . . Masa lalu memang lebih indah dari masa sekarang. Dan bila ada hal yang membahagiakan sekaligus menyedihkan untuk di pikirkan, itu adalah masa lalu yang indah . . Seandainya masa lalu itu akan menjadi masa kini.

Aku baru ngeh kalau novel ini bakalan sad saat novel ini sampai di rumah. Lamanya aku loding, hehe... Mungkin juga karna tulisannya di cover yang nggak nampak atau kurang jelas *ngeles*
Eclair : Pagi terakhir di Rusia ini menceritkan tentang persahabatan Sergei, Stepanych, Kay, Lhiver dan Katya. Persahabatan yang begitu hangat yang selalu di penuhi oleh keceriaan setiap harinya. Persahabatan yang begitu erat dan kokoh...
Sampai pada akhirnya, di musim dingin malapetaka itu datang membuat persahabatan yang terjalin hancur berantakan. Di penuhi oleh perasaan bersalah dan saling menyalahkan diri sendiri. Di penuhi perasaan benci, sakit hati, kecewa, terluka dan kesedihan yang begitu dalam.
“Tetapi Kematian tidak akan pernah menyerah sekalipun kau berusahan untuk menghindar ke sudut dunia yang paling rahasia. Takdir itu akan tetap menjelang, dan berlari pun akan percuma. Bila takdir gagal merenggutmu lewat pintu, ia akan masuk lewat jendela, menyelinap lewat celah, bahkan menembus pertahanan yang paling kokoh dan tangguh. Ini adalah kenyataan yang senantiasa berlangsung di alam semesta.”
Takdir akan terus menjelang.
Selama dua tahun mereka berpisah, tidak saling berkomunikasi satu sama lain. Semuanya berubah. Persahabatan yang begitu hangat tinggal kenangan. Tapi saat mereka sadar bahwa selama dua tahun ini mereka hanya menutupi diri dan menyiksa diri masing-masing. Semuanya sepertinya sudah terlambat. Di saat mereka mulai mencoba untuk memaafkan dan menerima kenyataan takdir berkata lain. Mereka harus kehilang salah satu di antara mereka.
“Aku tidak tahu ke mana orang akan pergi setelah ia meninggal,” kata Stepanych beberapa tahun silam, dalam upacara pemakaman ayahnya. “Tapi bila aku mengalaminya nanti, aku tidak ingin melihat air mata. Walaupun sekarang aku menangisi kematian Ayah, aku tidak ingin kau juga melakukannya bila kelak akulah yang terlebih dahulu mengalaminya...”
“Mengapa?” tanya Sergei saat itu.
“Karena itu akan membuatku berat untuk meninggalkanmu...” bisik Stepanych. “Hanya kaulah satu-satunya keluargaku sekarang, Seryozha. Dan bila aku pergi, kau akan sendirian. Kalau kau menangis, itu akan menunjukkan betapa tidak adilnya aku karena pergi lebih dulu. Dan mungkin aku tidak bisa meninggalkanmu dengan tenang.”
Novel ini berhasil membuat saya menitikkan air mata walaupun hanya sedikit, tapi saya benar-benar merasa kehilangan saat membaca bagian ‘sad’ tersebut. Walaupun begitu, novel ini bukan sad ending melainkan happy ending. Dan terima kasih untuk mbak Prisca yang telah menuliskan novel yang buat saya luar biasa. Saya memberi 4 bintang untuk novel.

Karena setiap detik yang kulewati bersamamu... adalah sesuatu yang tidak akan pernah bisa diubah dan di tunda.

by. Hayati  (✿◠‿◠)
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar