Dia bagai
malaikat bagi keluarga kami. Merengkuh aku, adikku, dan Ibu dari kehidupan
jalanan yang miskin dan nestapa. Memberikan makan, tempat berteduh, sekolah,
dan janji masa depan yang lebih baik.
Dia sungguh bagai
malaikat bagi keluarga kami. Memberikan kasih sayang, perhatian, dan teladan
tanpa mengharap budi sekali pun. Dan lihatlah, aku membalas itu semua dengan
membiarkan mekar perasaan ini.
Ibu benar, tak
layak aku mencintai malaikat keluarga kami. Tak pantas. Maafkan aku, Ibu.
Perasaan kagum, terpesona, atau entahlah itu muncul tak tertahankan bahkan
sejak rambutku masih dikepang dua.
Sekarang, ketika
aku tahu dia boleh jadi tidak pernah menganggapku lebih dari seorang adik yang
tidak tahu diri, biarlah... Biarlah aku turun ke bumi seperti sehelai daun...
daun yang tidak pernah membenci angin meski harus terenggutkan dari tangkai
pohonnya.
Novel Tere-Liye ini berhasil
membuat aku pensaran setengah mati. Awalnya aku membacanya sudah sampai halaman
100 berapa gitu, dan jam sudah menunjukkan pukul 9 malam dan waktunya aku
tidur. Tetapi aku tak bisa tidur dengan nyenyak karna memikirkan novel ini
kelanjutannya seperti apa jadi aku terbangun saat jam menunjukkan pukul 3
subuh. Aku melanjutkan membacanya hingga jam setengah 6. Dan aku merasa perjuangan
ku tidak sia-sia karna novel ini amat bagus.
Awalnya aku tahu tentang
novel ini dari kakak aku yang bisa di bilang penggemar Tere-Liye. Dia sudah
lama ingin membaca novel ini tetapi tidak kesampaian karna susah di cari di
Gramedia Pontianak. Saat aku membaca sinopsisnya aku tertarik, karna sebelumnya
aku sudah menonton film Hafalan Shalat Delisa yang dengan sukses membuat aku
nangis bombay di bioskop.
Aku menyukai filmnya, dan
jadilah aku bulan Maret lalu membeli novel ini di salah satu website buku online
terbesar di Indonesia. Hem, sebenarnya bukan karna kakakku juga yang membuat
aku penasaran dengan novel ini, teman ku di EKC juga bilang bajwa novel ini
bagus dan aku juga telah membaca beberapa resensi novel ini di Google dan
ternyata pendapat mereka hampir sama tentang novel ini.
Aku tidak akan membahas
bagaimana jalan ceritanya, karna menurutku lebih baik membacanya sendiri saja.
Buat aku novel ini bagus dan memberikan pelajaran bahwa jika manusia berusaha
dengan giat maka dia akan berhasil di kemudian hari. Begitu juga dengan jalan
hidup Tania yang dari seorang pengamen jalanan bisa sukses di negeri orang,
yaitu di Singapura.
Ah, iya hampir lupa. Saat
membaca awal-awal cerita, jujur saja aku sangat amat kesal sekali sama sosok
Tania di cerita karna menurutku terlalu egois. Tapi jika aku berada di
posisinya waktu masih kecil aku juga akan melakukan hal yang sama. Karna pola
pikir anak kecil memang masih belum bisa di kendalikan karna mereka masih
terlalu kecil untuk mengerti.
Novel ini aku kasi nilai 8,
karna ceritanya yang bagus sekali tapi minus endingnya. Karna aku kecewa dengan
endingnya yang kurang sreg di hati. Tapi secara keseluruhan novel ini layak
untuk di baca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar