Jumat, 13 April 2012

Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin oleh Tere-Liye


Dia bagai malaikat bagi keluarga kami. Merengkuh aku, adikku, dan Ibu dari kehidupan jalanan yang miskin dan nestapa. Memberikan makan, tempat berteduh, sekolah, dan janji masa depan yang lebih baik.
Dia sungguh bagai malaikat bagi keluarga kami. Memberikan kasih sayang, perhatian, dan teladan tanpa mengharap budi sekali pun. Dan lihatlah, aku membalas itu semua dengan membiarkan mekar perasaan ini.
Ibu benar, tak layak aku mencintai malaikat keluarga kami. Tak pantas. Maafkan aku, Ibu. Perasaan kagum, terpesona, atau entahlah itu muncul tak tertahankan bahkan sejak rambutku masih dikepang dua.
Sekarang, ketika aku tahu dia boleh jadi tidak pernah menganggapku lebih dari seorang adik yang tidak tahu diri, biarlah... Biarlah aku turun ke bumi seperti sehelai daun... daun yang tidak pernah membenci angin meski harus terenggutkan dari tangkai pohonnya.
Novel Tere-Liye ini berhasil membuat aku pensaran setengah mati. Awalnya aku membacanya sudah sampai halaman 100 berapa gitu, dan jam sudah menunjukkan pukul 9 malam dan waktunya aku tidur. Tetapi aku tak bisa tidur dengan nyenyak karna memikirkan novel ini kelanjutannya seperti apa jadi aku terbangun saat jam menunjukkan pukul 3 subuh. Aku melanjutkan membacanya hingga jam setengah 6. Dan aku merasa perjuangan ku tidak sia-sia karna novel ini amat bagus.
Awalnya aku tahu tentang novel ini dari kakak aku yang bisa di bilang penggemar Tere-Liye. Dia sudah lama ingin membaca novel ini tetapi tidak kesampaian karna susah di cari di Gramedia Pontianak. Saat aku membaca sinopsisnya aku tertarik, karna sebelumnya aku sudah menonton film Hafalan Shalat Delisa yang dengan sukses membuat aku nangis bombay di bioskop.
Aku menyukai filmnya, dan jadilah aku bulan Maret lalu membeli novel ini di salah satu website buku online terbesar di Indonesia. Hem, sebenarnya bukan karna kakakku juga yang membuat aku penasaran dengan novel ini, teman ku di EKC juga bilang bajwa novel ini bagus dan aku juga telah membaca beberapa resensi novel ini di Google dan ternyata pendapat mereka hampir sama tentang novel ini.
Aku tidak akan membahas bagaimana jalan ceritanya, karna menurutku lebih baik membacanya sendiri saja. Buat aku novel ini bagus dan memberikan pelajaran bahwa jika manusia berusaha dengan giat maka dia akan berhasil di kemudian hari. Begitu juga dengan jalan hidup Tania yang dari seorang pengamen jalanan bisa sukses di negeri orang, yaitu di Singapura.
Ah, iya hampir lupa. Saat membaca awal-awal cerita, jujur saja aku sangat amat kesal sekali sama sosok Tania di cerita karna menurutku terlalu egois. Tapi jika aku berada di posisinya waktu masih kecil aku juga akan melakukan hal yang sama. Karna pola pikir anak kecil memang masih belum bisa di kendalikan karna mereka masih terlalu kecil untuk mengerti.
Novel ini aku kasi nilai 8, karna ceritanya yang bagus sekali tapi minus endingnya. Karna aku kecewa dengan endingnya yang kurang sreg di hati. Tapi secara keseluruhan novel ini layak untuk di baca.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar