Senin, 09 April 2012

Rumah Lentera oleh Neni Jahar


Lentera itu tidak seperti lampu yang terang benderang. Cahayanya redup, tapi tetap bisa menerangi orang lain. Lentera tidak seperti lampu yang bisa menyala terang hanya dengan menekan tombol. Banyak proses yang harus dilalui lentera sebelum bisa memberikan cahaya. Dia butuh minyak, butuh sumbu, butuh api. Semua itu harus dipenuhi oleh lentera sebelum memberikan cahaya, yang bahkan tidak begitu terang. Tapi itulah lentera. Walaupun harus melalui perjalanan yang rida begitu terang, dia tetap menyala, memberikan cahaya pada siapa pun yang membutuhkannya. Dia menerangi dalam keterbatasannya.
Jujur aku suka banget sama kata-kata di atas. Dan kata-kata itu aku copas dari novel yang baru aja selesai aku baca! Yups!! Rumah Lentera karya Neni Jahar. Sebelumnya aku udah baca novel pertama mbak Neni yaitu Finding Reality yang buat aku bagus banget. Dan Rumah Lentera adalah novel TeenLit kedua mbak Neni yang buatku juga bagus dan nggak mengecewakan. Novel ini amat sangat bagus karena memberikan pesan moral yang banyak, yaitu jangan sampai kita menyesal akan perbuatan dan keputusan yang telah kita ambil, selain itu novel ini juga memberikan arti bagaimana pentingnya keluarga serta sosok orang tua yang kasihnya tidak pernah putus dan kasih sayang seorang abang kepada adiknya.
Lengkap banget kan? Selain itu novel ini juga kocak banget karna adanya tokoh-tokoh dalam Rumah Lentera yang buat aku tokoh itu sangat hidup banget. Dan baru kali ini aku nemu peraturan di rumah Kost kalau IPK minimal 3,5. Yapps!! Kalau mau ngekost di rumah Lentera kalian mesti bisa mendapatkan IPK 3,5 kalau nggak sampai maka kalian mesti menterjemahkan 3 Jurnal Bahasa Perancis selama liburan semesteran. Jujur aja Bahasa Perancis aku bisa di bilang levelnya anjlok sekali, nilainya rendah banget di rapor Cuma dapat 7 koma sekian, wkwkwk.
Okay, aku nggak di sini nggak mau menceritakan bagaimana cerita novel Rumah Lentera ini. Kenapa? Karena menurut aku enaknya baca sendiri aja biar lebih nyaman. Aku Cuma kasi sinopsis novelnya aja yah biar nggak penasaran. Sinopsis:
Ketika pertengkaran demi pertengkaran dengan sang kakak semakin sering mewarnai hari-harinya, Vien menyerah. Ia butuh ruang. Ia tak mau terus-menerus disalahkan dan dianggap anak kurang ajar, apalagi kalau sampai Ega, pacarnya, dibawa-bawa. Tahu apa kakaknya soal Ega? Karena tak ingin selalu disalahkan dan dihakimi, Vien pun memutuskan pergi.
Namun semua berubah ketika Vien menemukan Rumah Lentera serta para penghuninya yang unik. Di rumah itu ia tak menyangka akan menemukan arti keluarga, persahabatan, dan kepedulian sesungguhnya. Bahkan setelah tinggal di sana, untuk pertama kalinya Vien tidak menyontek saat ujian, mematuhi jam malam, dan... bertemu lagi dengan Edry, cinta pertamanya di SMA!
Sayangnya, hari-hari bahagia Vien di Rumah Lentera tidak lama. Ia harus kembali dan menghadapi kenyataan yang selama ini dihindarinya. Ia harus menghadapi keluarganya, sahabatnya, Ega, dan tentu saja... Edry.
Oke itu dia sinopsisnya. Dan ada beberapa kata yang buat aku bagus banget dan menjadi favorite aku dari buku ini, yaitu :
·       Kalo kamu belum bisa menerangi orang lain, terangilah dirimu sendiri dulu. Supaya kamu bisa melihat jalan yang benar untuk dilalui.
·       “Gue tau banyak orang yang nggak pengin diliat saat nangis. Mungkin itu saat-saat mereka terlihat sangat terpuruk. Mereka tidak ingin dilihat dalam keadaan seperti itu. Masuk akal juga sih. Karena kita memang selalu ingin diliat orang lain dalam keadaan terbaik. Tapi apa yang salah sih dengan nangis? Nangis itu kan manusiawi. Saat pertahanan diri kita yang putus asa. Tetapi sebagai pelampiasan kekecewaan, sebelum akhirnya kita bangkit kembali untuk meraih keadaan yang lebih baik.” Nah kalimat sepanjang itu adalah perkataan Edry saat melihat Vien yang sedang menangis. Bagus bangeet kaaan?
Aku kasi novel ini 8 karna aku suka banget sama temanya yang nggak biasa dan tidak monoton hanya tentang cinta! Dan pesan moralnya dapet banget!! Kagum banget sama mbak Neni!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar